Whoever me, Whatever me, and Whenever me. I'm the only one and just one of "me".

Kamis, 28 Februari 2013

Merapi, The Big Brother

18.41 Posted by Tiara Putri , 20 comments
Aloha chacha maricha, gw balik lagi, jadi kemarin itu gw sempet meniatkan untuk kembali aktif menulis, tapi apa daya hhuhhu selama sebulan kemarin gw magang di Sekretariat DPRD Jawa Tengah, jadi yaah agak males-males gitu hhuhhu maafkan aku blogie.
Denah Jalur Pendakian Gunung Merapi
Okeee, jadi awal bulan Februari kemarin, tanggal 2 Februari 2013 gw ke Merapi. Awalnya sih anak-anak ngajakin ke Lawu, cuma karena dalam beberapa hari ke depan kami banyak agenda yaudah deh ke Merapi aja, selain deket, kami juga gg diharuskan untuk nge-camp. Gw langsung angkat tangan mau ikut, selain karena udah lama gg naek gunung juga karena pengen refreshing dari rutinitas kerja, cieeelaah hhahha tante-tante kantoran banget yak kayaknya.

Jam 10 malem, gw masih di PKM Joglo, langsung naik ke Tembalang sama Upi, ehlala di tanjakan Gombel motor gw mati, Upi juga muntah-muntah gara-gara maagnya kambuh, duh kami berdua berasa jadi adik kakak yang ditinggal ibu bapaklah, lusuh, sakit dan motor mogok, pantes dikasihani. Gw kira gg bakalan jadi tuh ya, tapi setelah minum obat, berangkatlah kita ke kostnya Taqwim. Sempet galau karena kurang motor, tapi akhirnya kami jadi berangkat bertujuh, gw, Upi, Icha, Doni, Syarif, Taqwim dan Coro. Berangkat sekitar jam setengah duaan dan tiba jam empatan pagi di Selo, Magelang.
Gunung Merbabu dari jalur pendakian Gunung Merapi, aslinya indaaah banget
Kami sampai itu pas adzan subuh berkumandang, tapi base camp-nya tutup jadi akhirnya kami lanjut naik deh. Eh baru sampai di gardu pandang yang ada tulisan macam Hollywood tapi tulisannya New Selo, kami malah galau mau naik sekarang atau enggak, soalnya kami semua ngantuk, yaudah deh tidur dulu disitu.
The Team
Nah jam enam satu persatu kami bangun daaaan saat membuka mata, waaah indah banget dah itu pemandangan. Gunung Merbabu jelas banget terlihat dan kayak lagi menatap hamparan karpet aja deh saking hijaunya, manalagi langit ceraaah banget, subhanallah sekali pemandangannya itu dan hal ini merupakan salah satu alasan kenapa kegiatan naik gunung bisa bikin rindu.
Meski bau parafin, enaak, enaaak.
Daaan kita pun mulai jalan, belum apa-apa udah lemes nih gw gara-gara lapar hhohho. Awalnya gw kira, gunung Merapi tuh udah jadi tandus gara-gara liat jalur lahar dinginnya yang isinya pasir, tapi nyatanya masih hijau dan banyak beri hutan sepanjang jalan.

Nah di suatu di tempat yang kami kira sebagai pos satu, kami istirahat deh dan buka perbekalan. Sialnya kami bawa Trangia tapi gg bawa spiritusnya buat bahan bakarnya, untungnya bawa parafin dah. Anak-anak kurang ajar lagi pada gg bawa logistik, jadi cuma gw sama Upi yang bawa makanan. gw pikir bakalan makan enak karena gw bawa sosis dan ayam, ehlala ternyata, mie empat bungkus aja dibagi bertujuh.

Nah sepanjang perjalanan ini kami berpapasan dengan rombongan bule dengan guide-nya. Merapi memang terkenal, Merapi juga salah satu gunung api teraktif di dunia kan kalau gg salah, jadi wajar aja banyak yang tertarik untuk melihat keindahannya.


Ternyata pos tempat tadi kita makan itu bukan pos satu, eerr banget, ternyata pos satu itu masih jauh banget di atas. Udah mana jalur pendakian Merapi itu nanjaaak terus, batu-batunya juga gede-gede, duh males banget dah, kok gg datar-datar aja gitu, enak ya klo gitu mah hhehhe. Nah pas di deket-deket pos tiga, kami ketemu rombongan dari Undip juga, ternyata temen-temennya senior gw, disana sempet ngobrol-ngobrol dan dikasih coklat hangat. Dapet info juga dari itu tempat ke puncak masih dua jam lagi, yaelah nangis dah gw.


Jadi karena kami juga agak buru-buru soalnya masih ada agenda di PKM, Syarif dari awal udah bilang kalau jam satu siang kami udah musti perjalanan turun, entah sampai mana pun kami dan gw pun udah males muncak karena lapeeeer, jadi di suatu tempat yang kayaknya namanya Watu Gajah, gw berhenti dan bilang kalau gw aja yang jaga barang, Upi berhenti di atas gw, cari posisi dan buka buku. Ditambah kabut turun tebal banget, makin males dah gw. Tapi setelah kabut agak menipis, gw dan Upi dipaksa sama Syarif untuk naik, dia bilang mana semangat kita yang dulu, tapi gw dan Upi tetap bergeming.

Akhirnya gg berapa lama, yang lain juga turun, selain karena kabut yang galau tebal menipis terus, hujan juga mulai turun. Setelah foto-foto, kami bergegas turun, tapi karena lapar, berhenti di pos dua untuk masak dan makan. Selanjutnya terus turun deh. Sampai di Basecamp, ramai sekali banyak yang mau naik. Oh ya sempat ada kejadian miskomunikasi biaya parkir dengan seorang ibu. Jadi kami membayar parkir sekaligus tiket masuk di warung, disitu kami sudah mendapatkan tiket, tapi sama ibu itu ditagih lagi dan setelah kami menjelaskan, kami malah dimarahi karena harusnya bayar di ibunya.


Well, selanjutnya kami langsung pulang ke Semarang. Ada satu hal menakjubkan yang gw lihat dalam perjalanan pulang, saat Merbabu menjulang seolah menghadang jalan kami. Gw berasa kecil dan tidak berdaya. Naik gunung itu bagi gw bukan sekedar kegiatan mendaki. Banyak hal yang bisa didapat. Tapi kalau ditanya, apakah gw suka naik gunung?, gw jawab enggak, naik gunung itu capek soalnya, tapi sebagaimana Upi bilang, naik gunung itu proses, puncak itu bonus dan pulang itu harus. Prosesnya itulah meski capeknya Janggut Merlin sekali, ada pemandangan yang cuma bisa dilihat kalau naik gunung, ada nikmat makan, ada segarnya mereguk air dari sungai dan terutama ada momen bersama orang-orang luar biasa. Oh ya ada pepatah di kalangan kami yang berbunyi, "Jika ingin melihat sifat asli seseorang, ajaklah naik gunung". sekali lagi, naik gunung itu capek, tapi terkadang rasa capek inilah yang membuat rindu.
xxxChuu original by ra~ccon