Whoever me, Whatever me, and Whenever me. I'm the only one and just one of "me".

Kamis, 15 Desember 2016

Gunung Gede - 2958 AMSL, Done ✔.

09.07 Posted by Tiara Putri , , 5 comments
Long weekend pada kemana nih ?, Kalau saya muncak Gunung Gede dong hhehhe, Alhamdulillah kesampaian juga nih muncak di salah satu gunung yang jual mahal ini, kok jual mahal ?, soalnya untuk bisa naik gunung Gede mesti urus Simaksi (Surat izin masuk kawasan konservasi) dari jauh-jauh hari secara online. Saya bahkan sudah mengurus izin masuk bersama empat kawan saya dari bulan Oktober loh, karena tanggal pendakian yang saya incar itu 10-11 Desember 2016, pas long weekend kemarin, jadi mesti start dari jauh hari.

Masih segar baru mau mulai pendakian
Jumat, 09 Desember 2016, setelah berbelanja logistik pendakian, saya jemput Diah -sodara seorganisasi kuliah- di Stasiun Senen, dia datang dari Semarang. Tim saya jadinya cuma bertiga saja -saya, Ardiyan & Diah- makanya saya sebut ini tim kesepian. Kami lanjut makan di KFC Salemba sebelum langsung meluncur ke arah Puncak, sekitar pukul 23:00 dari KFC Salemba dan tiba pukul 02:30 di Cibodas. Begitu tiba, kami cari parkiran dan langsung tidur di mobil.

Outfit of the day 😄 
Ketika kami datang, parkiran mobil masih satu lajur, pas saya bangun untuk subuhan di jam 05:00, parkiran mobil sudah menjadi 3 lajur dong dan sudah banyak pendaki yang bersiap-siap jalan. Kalau kami tidak bisa langsung jalan, karena belum tebus simaksi karena loketnya baru buka pukul 09:00. Jadi kami santai dulu sambil packing barang dan sarapan.

Tanjakan setan / Tanjakan rantai
Sialnya kami, ketika jam 09:00 tiba dan kami mau ambil simaksi, kami diminta untuk menyertakan surat keterangan sehat dan bukti transfer mobile banking yang harus dicetak, sedangkan hanya Diah yang udah buat surat keterangan sehat, saya dan Ardiyan belum. Jadilah kami berdua turun ke pertigaan, mencari warnet dan rumah sakit. Akhirnya kami baru bisa berangkat pukul 11:00, molor satu jam dari jadwal.

 
Pendakian kami berbarengan dengan acara Ultrarun GP100, jadi selama pendakian kami berpapasan dengan para pelari di nomor kategori 25K, 50K, 75K dan 100K. Saya saja berasa enggak sampai-sampai ya itu ke Kandang Badak, nah mereka yang masuk kategori 100K, malah sudah 3x bolak balik basecamp - Puncak Gede - Suryakencana - Puncak Pangrango - Mandalawangi, mental dan fisik yang luar biasa sekali.

Pendakian ini meskipun menguji ketabahan tapi cukup nyaman, karena pace kami sama, kecepatan kami cukup stabil ketika perjalanan naik dan makanan cukup berlimpah. Alhamdulillah juga ketika perjalanan naik, hanya gerimis yang menemani di setengah perjalanan ke Kandang Badak. Esoknya ketika naik turun puncak pun cuaca cukup cerah. Perjalanan pulang yang cukup berat, dimana hujan deras sejak kami selesai packing dan kaki sudah mulai sakit.

 
Meskipun sampai rumah kaki sakit dan badan kaku, setiap pendakian bagi saya punya cerita dan kesan tersendiri. Apalagi dilakukan bersama dengan tim yang mampu saling mendukung dan melengkapi, kalau kata orang mungkin ini yang disebut romantisme masa muda haha.
xxxChuu original by ra~ccon.

Kamis, 08 Desember 2016

The Adventures of (ex)Unemployed (wo)Man

11.36 Posted by Tiara Putri , , , 4 comments
Jadi salah satu alasan utama saya sempat vakum menulis blog tidak lain dan tidak bukan adalah sekarang saya sudah bekerja, sudah lepas dari status mahasiswa dan harus memasuki dunia orang dewasa dengan segala tikungannya.
 
Saya lulus kuliah sebenarnya sih pada September 2014, namun karena dosen pembimbing saya itu luar biasa sekali, saya jadi telat daftar wisuda di periode akhir tahun 2014 itu dan akhirnya daftar untuk periode Januari 2015.

Pasca sidang tuh ya masih sering saya main kesana kemari, hidup masih berasa bebas tanpa tanggungan. Barulah pasca wisuda jreng jreng jeeeng saya merasa kehidupan yang sebenarnya dimulai. Bener deh, kuliah itu gampang bangetlah kalau harus dibandingkan dengan perjuangan fisik dan mental mencari kerja. Saya melalui sepanjang tahun 2015 dengan semangat yang naik turun disertai air mata yang sudah bergalon-galon kali itu kalau dikumpulkan, bahkan saat saya sudah dapat kerja sekalipun loh.

Pada akhirnya badai pasti berlalu kan *ecielaah* dan setelah terbit matahari memang baru akan terasa bahwa badai yang tidak membunuh kita, sebenarnya menempa aja, bikin kita kuat. Nah, pada titik ini, saya sudah bisa sedikitnya mengambil makna dari proses pencarian kerja kemarin, kalau dirangkum seperti inilah ya.
 
picture from here
      1.      Keep your expectation low ...

Saat menjelang lulus, saya berkali-kali diperingati oleh senior saya, bahwa fresh graduate S1 itu bukan dewa, jadi jangan memiliki ekpestasi yang tinggi terhadap pekerjaan dan gaji yang akan didapat. Jika ternyata mendapat pekerjaan idaman dengan gaji mentereng, bisa jadi karena punya skill yang bikin silau atau sederhananya ya memang rezekinya begitu.



2.       ... and your skill high.

Mengenai peningkatan skill ini harus disadari sejak dini, sejak memutuskan apakah setelah lulus kuliah akan meneruskan kuliah lagi atau bekerja, karena tentunya akan membuat kita fokus terhadap kemampuan-kemampuan yang akan ditingkatkan. Kuliah memang zamannya kita bebas ya, tapi jangan sampai lupa bahwa masih ada masa depan yang harus dipersiapkan. Contohnya nih saya menyesal ketika lulus kuliah, kok pas kuliah enggak nerusin les bahasa Jepang, enggak ikut ini, enggak ikut itu karena saya merasa jika pas kuliah saya memberi sedikit fokus pada minat saya, kedepannya itu bisa menjadi nilai tambah buat saya.

3.      Yakin akan kemampuan diri sendiri.

Saya sempat mengalami fase mogok cari kerja, karena saya merasa saya selalu gagal dalam TPA, saya jadi agak takut-takut gitu datang tes. Syukurlah ketika saya memberanikan diri, saya bertemu dengan lulusan Psikologi yang menyemangati saya, bahwa TPA tidak membuktikan kemampuan kita, tapi perusahaan yang belum cocok dengan kita. Jadi gagal bukan berarti ketidakmampuan, tapi lebih kepada ketidakcocokan, catet bos.

4.      Everything happen for a reason

picture from here
Ini berasa banget sama saya. Kalau saya mengingat-ngingat kembali, saya merasa, saya mendapat pekerjaan yang sekarang karena sudah ditempa di pekerjaan pertama. Jadi ketika saya dapat kerja di bulan April 2015, saya memutuskan yasudah ambil saja dulu, untuk pengalaman. Tapi saya tidak nyaman bekerja disitu, hampir setiap pulang kerja saya menangis, karena di kantor saya merasa di MOS macam dimarahi di depan orang-orang dari 3 departemen, disebut tukang ngarang ditambah harga diri saya perlahan terusik, ketika saya merasa saya punya kemampuan namun pekerjaan utama saya fotocopy dan mengarsipkan dokumen, Celana Merlin, itu sih kerjaan saya pas magang dulu. Pada akhirnya, setelah sebelas bulan, saya memutuskan untuk berdamai dengan diri sendiri, untuk menerima, eh saya diterima di perusahaan saya yang sekarang, yang tentunya lebih baik dari banyak hal. Sekarang saya paham mengapa Allah, membawa saya ke perusahaan pertama, karena memang saya membutuhkan pengalaman dan pelajarannya. Mungkin Allah bilang, “mental kamu butuh ditempa dan kamu harus mulai belajar mengenal emosimu”.

5.       Berdoa.

Ini klise, tapi ya memang begitu adanya. Proses mencari kerja harus dibarengi dengan doa yang kuat. Kita tidak tahu seberapa kuat teman-teman yang mendapat pekerjaan duluan berdoa. Berdoa juga bisa menjaga level kewarasan, meyakinkan bahwa ada Allah yang Maha Merencanakan dan Ia mendengar doa-doa kita. Bisa jadi kita belum dapat kerjaan ya semata-mata karena belum rezekinya saja.

6.       Berolahraga

Sambil berdoa dan berusaha, isi hari dengan kegiatan bermanfaat, saya sih menyarankan berolahraga karena saya merasa dengan berolahraga pikiran lebih bisa berpikir positif. Tubuh juga jadi bugar untuk antri masuk Jobfair atau pergi wawancara di luar kota hhehhe.

7.      Minta Restu Orangtua

Menyoal restu orangtua, yah yang namanya orangtua pasti kasih restu ya, tapi ada kalanya orangtua juga kurang setuju dengan pilihan kerja kita, jadi bicarakan jenis pekerjaan yang kita lamar dan minta restu orangtua. Ini pernah saya alami, ketika orangtua saya kurang menyetujui saya untuk bekerja di bidang perbankan, saya tetap pergi sih, tapi sikap dan nasihat mama saya menyiratkan lebih baik cari di bidang lain saja, nah mungkin itu salah satu sebab saya tidak diterima di bank atau ya karena saya kurang cakap saja untuk berkerja disana hhohho.
picture from here
Nah jalan hidup orang pasti berbeda-beda, ada yang mulus lancar macam jalan tol, ada juga yang mesti keluar masuk gang-sempit-kanan-kiri-orang-jualan, tapi dalam segala situasi mesti belajar bersyukur biar tetep waras haha.
Kalau kata Steve Jobs mah, Life is about connecting the dots, kita baru bisa memahami atau menyambungkan titik-titik dalam hidup kita, setelah kita berhasil melewatinya, just keep believing. Cheers.
xxxChuu original by ra~ccon.



 

Minggu, 20 November 2016

Pantai Pok Tunggal Nan Jauh di Mato

16.14 Posted by Tiara Putri , , 4 comments
Edisi nostalgia, jalan-jalan terakhir saya sebelum pulang kampung. Jadi saya ngajak main adik saya ke Goa Pindul yang sudah saya tulis disini, tapi saya lupa melanjutkan sedangkan lagi-lagi ini draft dibuang sayang.






Pantai Pok Tunggal merupakan salah satu jajaran pantai di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Pantai yang cantik untuk menikmasi matahari tenggelam. Butuh usaha untuk mencapai pantai ini, cukup jauh dari pusat kota. Saran saya hindari perjalanan malam jika tidak bersama rombongan, karena (pada waktu itu sekitar awal tahun 2015) melewati daerah yang kanan kirinya masih hutan. Sekian (hahaha gaje banget deh)
 
xxxChuu original by ra~ccon.

Jumat, 18 November 2016

Review : Kampung Daun

16.15 Posted by Tiara Putri , No comments
Note : tulisan ini saya buat kurang lebih satu tahun yang lalu dan entah kenapa saya lupa untuk publish, jadi ini semacam triger menulis yang dibuang sayang.

Weekend ini menyenangkan sekali, karena keluarga saya komplit berkumpul. Momen komplit memang susah sekali untuk keluarga saya, karena ayah yang kerjanya jauh dan durasinya lama dan Syifa yang kuliah di Magelang. Setelah saya merasakan jauh dari rumah, momen berkumpul lengkap ini menjadi hal yang mewah dan sangat saya syukuri.

Weekend ini ayah mengajak kami ke Kampung Daun di Lembang. Jadi sudah dari seminggu yang lalu, ayah ini kaya yang ngidam, sampe diomongin terus tiap hari pengen pergi kesini. Ditambah ayah sempet sakit dan lagi-lagi dibilangnya obatnya kalau ke Kampung Daun, hahaha padahal anak-anaknya tuh biasa aja.

Saya juga rada malas sih perginya kalau enggak lengkap, kan kasian Syifa enggak diajak, meskipun dia bilang gpp asal mentahnya dia kecipratan, tapi momennya loh momennya itu, jarang banget bisa kumpul komplit. Makanya pas dia bilang dia ada minggu tenang, kami suruh pulang aja. Bener aja kan, jam 02:30 dini hari sampai rumah, jam 07:00 kami sudah siap untuk pergi ke Kampung Daun, mengabulkan ngidamnya ayah.



Perjalanan menuju Kampung Daun ini cukup jauh karena saya telat kasih instruksi. Jalur terdekat itu katanya belok kiri di belokan pertama dari terminal Ledeng. Sayangnya, jalanan sedang macet dan saya lupa kalau belokan itu deket banget dari terminal Ledeng, jadinya kagok deh dan kami lewat Lembang. 20 menit kemudian, kami tiba di Kampung Daun. Saya kira kami bakal jadi tamu pertama karena sampai sana itu sekitar jam 11:00 siang, eh ternyata enggak juga sih, sudah banyak pengunjung yang datang.  


Kesan pertama begitu tiba di Kampung Daun adalah sejuk, beneran deh tempatnya sejuk, pohon di kanan kiri jalan, aduh nyaman sekali, mana di saungnya itu disediakan bantal guling, duh nyaman dan adem banget deh. Langsung deh kami pesan makanan, sayangnya menunya itu berupa kertas selembar yang sekalian dijadikan kertas pesan, jadi tidak ada gambarnya, ada beberapa paket yang namanya aneh dan tidak tertulis keterangan, jadinya kami pesan yang jelas-jelas saja deh.


Selagi menunggu pesanan datang, saya dan Syifa berjalan ke dalam, karena kami dapat saung di depan. Wah makin takjub lah saya dengan tata letak restoran ini, begitu nyaman, asri dan adem. Hal yang saya sayangkan, kan ada kali kecil gitu, nah kalinya itu masih berbau tidak enak, untung saung kami tidak dilewati aliran kali itu.


Ketika kami kembali ke saung, makanan sudah tersedia. Keluarga saya pesan Gurame bakar saus kecap, spageti bolognese, beef blackpepper with flavored rice dan bakso malang. Well, tempatnya sih enak dan adem, bahkan bisa menggugah selera makan, sayangnya mungkin kokinya lagi galau saat kami datang, makanannya zonk, padahal kami datang di waktu menjelang makan siang dan dalam keadaan lapar, tapi benar-benar kurang memuaskan. Makanannya tidak panas dan kurang nendang bumbunya.


Setelah makan dan tidur siang sebentar, kami pun pergi untuk melanjutkan perjalanan. Ternyata ada antrian di depan, wedew, karena pas datang, saya langsung reservasi tempat dan melenggang masuk, tidak perlu menunggu segala.

Nah ini tips dari saya kalau mau berkunjung ke Kampung Daun :
  1. Lebih baik lewat jalur yang dekat Terminal Ledeng, jangan kebablasan.
  2. Datang pagi menjelang siang, biar enggak nunggu lama, mau makan aja pake daftar tunggu segala, udah nunggu lama-lama makanannya kurang nampol kan Celana Merlin juga. Kecuali ya memang mau dapet suasana yang romantic di malam hari yang sepertinya peak hour, lebih baik jangan datang dengan perut 100% kosong.
  3. Bandrosnya enak, tapi mahaaal hahaha ya namanya di restoran yang lagi ngehits yaa,
  4. Jika berminat beli buah di pintu keluar, liatin aja mamangnya, jangan nawar, cukup liatin aja. Biarin si mamang ngikutin sampe tempat parkir. Pengalaman saya, kami enggak sengaja ngeliatin mamang yang jual strawberry dan berry hitam dengan harga Rp 35.000/box, eh pas kami di mobil, tanpa menawar serius, dapet deh Rp 50.000 untuk 3 box, hehehehe. 
Kesimpulannya, Kampung Daun itu tempatnya enak, nyaman dan adem, sayang, kokinya lagi galau dan gasnya lagi habis kali ya.
xxxChuu original by ra~ccon