Whoever me, Whatever me, and Whenever me. I'm the only one and just one of "me".

Kamis, 20 April 2017

Pengalaman Terbang Paralayang di Puncak

21.22 Posted by Tiara Putri , , 5 comments
Mulai bulan April, saya pindah domisili lagi, setelah setahun menetap di Jakarta, roda rezeki memanggil saya pulang. Hari-hari terakhir saya di Jakarta ini ingin saya habiskan dengan kegiatan yang belum pernah saya lakukan sebelumnya, seperti menyelam di Seaworld Ancol kemarin dan kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman paralayang di Puncak.


Hari Selasa, 28 Maret 2017, saya putuskan untuk mencoba paralayang di puncak. Hari itu tanggal merah jadi saya dan Ardiyan berencana untuk pergi subuh-subuh dari Jakarta. Ardiyan sih ontime ya, setelah subuhan langsung jemput saya. Nah saya pas adzan subuh, masih geliat-geliat di kasur, terus mandinya sambil ngelamun dulu haha.

Saya juga sempat riweuh, karena baterai kamera yang saya charge dari semalam malah enggak penuh-penuh, ternyata ada kesalahn, setelah diotak-atik, akhirnya bisa juga sih. Tapi jadi cuma punya waktu kurang lebih setengah jam untuk mengisi dayanya. 

Akhirnya kami jalan pukul enam kurang. Jalan tol sudah mulai rame tuh, untungnya pas keluar tol dan masuk Megamendung tidak macet jadi kami bisa sampe cepat di Masjid At-Taawun. Kami cari parkir dan sarapan di area masjid, sambil numpang isi daya baterai kamera saya.


Dari masjid, kami jalan turun kurang lebih sekitar 50 meter dan melewati tanjakan di tengah-tengah perkebunan teh yang menjadi jalan pintas langsung menuju tempat paralayang. Ternyata disana sudah banyak yang terbang loh, padahal baru sekitar jam 10an..

Berapa harganya ?
Rp 350.000/orang
Rp 150.000 harga sewa action cam.


Setelah mendaftarkan diri dan menandatangani surat pernyataan, kami berfoto sambil melihat yang terbang duluan. Disitu saya sempat tertarik untuk sewa action cam, karena kami Cuma bawa satu action cam dan kamera yang saya pegang itu DSLR dan digital biasa. Tapi karena mahal ya tidak jadi deh hhehhe.


Lalu kami pun masuk area landasan, saya dipasangi tas yang berfungsi sebagai harness dan dudukan saat terbang. Barang-barang bawaan bisa dimasukan ke tas tersebut. Setelahnya saya dikaitkan dengan pilotnya, lalu disuruh lari. Iya gitu aja, cepet banget deh, gg ada santai-santainya, enggak ada instruksi yang mendetail, udah disuruh lari aja.


Pas lari itu kan langsung turunan curam dan saya yang takut tinggi otomatis berteriak dan terbanglah saya. Whoaaa luar biasa banget deh pengalamannya, melihat jalur Puncak dari ketinggian, bukit-bukit, kebun teh, belum lagi sensasi digoyang angin, itu luar biasa sekali.


Kami berputar dan terbang, rasanya kaya Cuma lima menit deh saking bentarnya, tapi seru sih dan ketika mendarat, saya disuruh angkat kaki setinggi-tingginya dan dudukan tersebut dengan hentakan menyentuh tanah.


Nah setelah itu kami ditawari foto-foto ketika mendarat. Saya tadinya enggak mau, karena Rp 25.000/lembar. Tapi setelah lihat foto-fotonya kok bagus-bagus dan akhirnya kami ambil yang soft copy-nya saja Rp 15.000/foto.



Setelah itu, kami bingung, kok angkot yang akan membawa kami ke atas kok tidak ada. Ada ojek motor tapi kami bayar sendiri, Rp 40.000/orang. Akhirnya kami jalan ke atas, ke jalan raya dan disitu diberi tahu, angkotnya tidak bisa turun karena terjebak macet dan kami harus naik ojek/angkot dengan biaya sendiri.


Akhirnya kami naik angkot yang lewat, Rp 25.000 untuk dua orang. Eh nambah kesel lagi ketika angkot kami dilarang masuk kawasan paralayang, disitu saya bilang kalau kami baru selesai paralayang dan ditinggal di bawah, sedangkan barang-barang saya dititip di atas, gimana ceritanya saya enggak bisa masuk kan.

Setelah saya rada mengomel, angkot kami pun diperbolehkan masuk. Di meja pendaftaran dan penitipan barang, sambil berusaha menahan emosi, saya komentar kenapa kami ditinggal di bawah dan untuk naik ke atas harus bayar sendiri.
“Masa kami ditinggal Pak, bukannya biaya tersebut sudah termasuk naik kembali ke pendaftaran ya”
“Kalau hari libur memang begitu, saya enggak bisa jamin untuk transportasi naiknya, mesti naik ojek bayar masing-masing”
“Lah tadi kan mbaknya pilih-pilih foto”
“Loh, kalau bapak bilang itu angkot terakhir ya saya buru-buru, enggak ada yang kasih tahu atau bilang-bilang kalau itu angkot terakhir, logikanya kan setiap wisatawan mesti dinaikin lagi ke atas.”

Lalu saya bilang bahwa tadi kami menandatangani surat pernyataan membebaskan pengelola dari segala tuntutan kecelakaan tapi pengelola lepas tangan dari kondisi wisatawan setelah mendarat, sedangkan parkiran, penitipan barang di tempat lepas landas. Ditambah layanan foto kan hubungan simbiosis dengan paralayang itu sendiri, tapi disalahkan menjadi penyebab kami tidak bisa naik. Sungguh bentuk manajemen pengelolaan wisata yang tidak menyeluruh. Mereka hanya manggut-manggut seolah kritik saya adalah hal yang sudah biasa mereka dengar. 


Saya senang dan mendapatkan pengalaman baru melalui paralayang ini, meskipun kurang dari 10 menit, tapi sesuatu yang layak dicoba. Hanya saja pelayanan dari para operatornya memberikan kesan yang kurang enak, menjadikan penilaian saya terhadap wisata ini terbagi. Semoga saja kedepannya operator paralayang di Puncak memperbaiki pelayanannya agar wisata tersebut semakin maju dan meninggalkan kesan positif bagi para wisatawan.
xxxChuu original by ra~ccon.

Selasa, 11 April 2017

Fun Dive di Seaworld Ancol

21.51 Posted by Tiara Putri , , 11 comments
Ada yang pernah baca novel teenlit tahun 2007-an berjudul Lovely Luna ?. Di novel tersebut dikisahkan pemeran utama perempuannya punya hobi menyelam dan bekerja di Seaworld. Waktu itu saya pikir keren sekali bisa bekerja di Seaworld dan bagaimana ya rasanya bisa menyelam ?. Mungkin itu yang membuat saya ingin memiliki lisensi menyelam yang akhirnya bisa saya dapatkan di tahun 2013 lalu.

Setelah penyelaman di Pulau Sambangan, saya belum pernah ke laut lagi untuk menyelam. Waktu ke Krakatau dan Pulau Harapan saya hanya snorkeling. Bawa turun alat selam cuma di mata air ponggok. Padahal waktu kuliah bertekad kalau sudah kerja akan lebih sering menyelam, ternyata pas sudah kerja, ada uangnya eh waktunya yang enggak ada, sedih hhuhhu.

Nah suatu hari saya ingat tentang novel Lovely Luna itu yang menyelam di Seaworld, saya pikir yah tidak apa-apa kali ya menyelam di Seaworld, semoga jadi semacam pemanasan untuk selanjutnya bisa semangat mengusahakan menyelam di laut lagi.

Bagaimana cara daftarnya ?
Silahkan langsung menghubungi di nomor 021 - 64711111. Baiknya sih reservasi H-3 untuk booking tanggal, jadi pasti gitu, kita datang bisa langsung nyelam.

Berapa biayanya ?
Rp 700.000 untuk non-lisensi
Rp 500.000 untuk yang memiliki lisensi
Biaya tersebut sudah termasuk tiket masuk dan satu set alat selam beserta wet suit. Bagi yang berjilbab harus membawa sendiri penutup kepala, karena sepertinya pihak Seaworld tidak menyediakan hood.


Saya booking penyelaman jam 10:00 di tanggal 19 Maret 2017, setelah sebelumnya saya gagal menyelam di tanggal 11 Maret karena kuota sudah penuh dan saya menelpon di hari itu juga. Hari Minggu, 19 Maret, jam 08:00 saya sudah dalam perjalanan menuju Ancol. Ketiba tiba di Seaworld, saya langsung menuju Customer Service dan mengonfirmasi booking-an saya. Mas cs-nya menelepon pihak penyelam untuk memberitahukan kedatangan kami. Setelah melakukan pembayaran, kami diperbolehkan untuk masuk tetapi jam 10 diminta datang ke CS untuk bertemu dengan penyelam mereka.


Setelah sarapan dan berkeliling sebentar, saya kembali ke CS dan diarahkan ke ruangan staf di lantai dua. Di lantai dua sudah ada ruangan khusus untuk peserta Fun Dive, didalamnya ada ruang duduk, loker dan kamar bilas. Saya disambut oleh mas Aden dan hmm seorang lagi saya lupa yang akan menemani kami menyelam. Lalu kami mengisi surat pernyatan dan berganti baju.

Karena saya dan Ardiyan sudah lama tidak memakai alat selam, kami diminta untuk penyesuaian di kolam dangkal. Saya mencoba untuk latihan mask clearing dan bergerak menggunakan open heels yang kebesaran.

Setelah itu, kami pun menuju tanki utama, sumpah saya deg-degan, antara takut, excited dan panik campur aduk. Mas Aden memberitahukan bahwa kami akan berputar sekali lalu karena jam 11:00 adalah waktunya Feeding Show, maka kami disuruh menunggu di belakang, baru setelah itu akan lanjut lagi selamnya.

Ketika masuk tanki, woaaah ikannya besar-besar bangeeet, keder sumpah saya. Sensasinya berbeda dengan menyelam di laut yang sudah saya datangi, ikan-ikan besar lalu lalang, belum lagi ikan pari yang besar, luar biasa sekali deh perasaannya.

Apalagi ketika Mas Aden dan kawannya membawa ember berisi makanan, wah udah kaya parade, ikan-ikan membututi mereka bahkan mengerubungi mereka. Kami yang lihat dari belakang saja takjub deh. 

Ada kejadian menarik ketika saya menunggu mas Aden yang sedang Feeding Show, saya sedang melambai-lambai ke arah kaca kubah, itu loh akuarium yang berbentuk kubah dan ada conveyornya. Orang-orang di luar menunjuk-nunjuk saya dan ketika saya menengok ke belakang, seekor pari sedang menatap saya, dueeeeng kaget sumpah saya dan buru-buru naik. Kata Ardiyan, parinya mengikuti saya.


Setelah itu kami berputar-putar dan berfoto. Karena saya sudah pusing, tenggorokan kering maka kami memutuskan untuk naik, meskipun Ardiyan belum puas. Jam 12;00 kami selesai mandi dan beres-beres, lalu foto-foto diluar dan pulang deh.

Meski cuma menyelam di dalam akuarium sedalam 4-7 meter dengan luas 1/4 lapangan sepak bola, saya bahagia sekali loh, bagaimana kalau menyelam di laut kan, luar biasa sekali perasaannya.


Saya dan Ardiyan sepakat, hal paling menyenangkan dari menyelam di Seaworld adalah ketika berinteraksi dengan pengunjung di luar, dimana kami melambai-lambaikan tangan, lalu berpose, duh udah berasa jadi artis saja deh hehehe. Foto-fotonya tumben sedikit ya, karena kami lebih banyak ambil video sih sambil menikmati sensasi berenang di tanki akuarium, berminat menyelam di Seaworld Ancol ?
xxxChuu original by ra~ccon. 

Sabtu, 18 Maret 2017

Pengalaman Konsultasi Ke Psikolog

13.46 Posted by Tiara Putri , 52 comments
Hi, apa kabar blog ?, akhir tahun lalu saya berjanji mau rajin nulis, eh baru terealisasi di bulan ketiga dan langsung bahas tentang pengalaman konsultasi dengan psikolog pula, ada apa gerangan ? hehe tidak ada apa-apa sih mendramatisir saja.

Hari Jumat, 10 Maret kemarin saya berkonsultasi dengan psikolog di Klinik Terpadu Fakultas Psikologi UI Depok. Ini pengalaman pertama bagi saya setelah berkali-kali membaca review di internet. Ditambah maju mundur juga secara biaya konsultasi psikolog itu per jamnya setara dengan kunjungan ke dokter spesialis. Saya jadi semacam keder nanti kalau sudah datang apakah saya akan merasa puas atau tidak. Apakah saya akan di-judge oleh psikolognya dan pikiran-pikiran receh lainnya.

Kenapa ke Psikolog ?
Jadi pada akhirnya saya memutuskan untuk berkonsultasi ke Psikolog karena saya ingin ada perubahan dalam diri saya dan terutama saya butuh didengarkan, secara fokus, tanpa dipotong, tanpa dinilai dan diberikan solusi.

Cerita ke temen/sodara kan bisa, curhat aja kok bayar.
Iya betul sekali. Namun pada kondisi saya, seperti yang telah saya utarakan, saya butuh empati dari pendengar akan kisah saya yang akhir-akhir ini saya merasa (secara subyektif ya alias sayanya aja baperan) sulit bercerita kepada orang-orang sekitar saya.

Bagaimana cara reservasi ke klinik terpadu UI ?
Langsung menghubungi mereka di nomor 021-78881150 untuk membuat reservasi. Nanti akan ditanya berapa umurnya dan kira-kira masalah apa yang ingin dibicarakan. Lalu pihak klinik akan meminta kontak kita untuk memberitahu jadwal konsultasi kita. Setelah itu tinggal menunggu dikabari oleh pihak klinik deh.

Berapa biayanya ?
Pendaftaran Rp 25.000 dan biaya konsultasi/jam Rp 200.000

Lalu ?
Jadi ketika datang, saya diminta untuk mengisi sebuah map yang nantinya akan berperan seperti rekam medis gitu. Disitu saya diminta untuk mengisi biodata, keluarga dan latar belakang pendidikan. Setelah itu tak berapa lama, saya dipanggil masuk ke ruangan konsultasi. Ruangannya hanya ada 3 sofa coklat, meja dan tanaman. Lalu ruangannya berkaca begitu jadi saya bisa melihat keluar.

Psikolog saya lalu bertanya, apa yang bisa ia bantu, awalnya bahkan sepanjang perjalanan saya bingung nanti akan mulai bercerita dari mana, tapi setelah memulai, saya lancar jaya bercerita, berkeluh kesah bahkan menangis hahaha katup air mata saya memang sudah dari dulu aus, gampang banget bocornya.

Bisa ya cerita sama orang asing ? tidak malu gitu ?
Saya sih bisa-bisa saja ya. Apalagi saya punya pemahaman bahwa, psikolog secara profesional akan mendengarkan cerita saya, mungkin akan menganalisis jika memang bermasalah dan pada akhirnya akan memberi solusi. Saya juga tidak saling kenal sebelumnya dengan psikolognya, ditambah semua yang saya ceritakan setau saya akan menjadi kerahasiaan.

Lalu bagaimana peraasaannya setelah ke psikolog ?
Lega ya jelas ditambah saya juga dapat masukan hal-hal baru. Saya juga merasa puas karena sejak awal saya ke psikolog memang tujuannya ingin didengarkan. 

Saya juga belajar hal baru. Ketika saya berbicara, saya sekilas mengamati ibu psikolog saya. Bagaimana gesturnya, ekspresinya yang seolah menyiratkan "ya saya mendengarkan, saya mencoba memahami ceritamu" dan meyakinkan saya untuk menceritakan keluh kesah saya.

Sebuah pelajaran bagi saya bahwa derajat masalah bagi tiap orang itu berbeda. Jika ada teman atau saudara yang membuka diri untuk bercerita pada kita, coba berempati, untuk melihat masalah dari sudut pandangnya. Hal sepele bagi kita, bisa jadi hal berat baginya. Kita bisa membantu meringankan dengan setulus hati mendengarkan, syukur kalau bisa memberi solusi.
xxxChuu original by ra~ccon. 

Kamis, 15 Desember 2016

Gunung Gede - 2958 AMSL, Done ✔.

09.07 Posted by Tiara Putri , , 5 comments
Long weekend pada kemana nih ?, Kalau saya muncak Gunung Gede dong hhehhe, Alhamdulillah kesampaian juga nih muncak di salah satu gunung yang jual mahal ini, kok jual mahal ?, soalnya untuk bisa naik gunung Gede mesti urus Simaksi (Surat izin masuk kawasan konservasi) dari jauh-jauh hari secara online. Saya bahkan sudah mengurus izin masuk bersama empat kawan saya dari bulan Oktober loh, karena tanggal pendakian yang saya incar itu 10-11 Desember 2016, pas long weekend kemarin, jadi mesti start dari jauh hari.

Masih segar baru mau mulai pendakian
Jumat, 09 Desember 2016, setelah berbelanja logistik pendakian, saya jemput Diah -sodara seorganisasi kuliah- di Stasiun Senen, dia datang dari Semarang. Tim saya jadinya cuma bertiga saja -saya, Ardiyan & Diah- makanya saya sebut ini tim kesepian. Kami lanjut makan di KFC Salemba sebelum langsung meluncur ke arah Puncak, sekitar pukul 23:00 dari KFC Salemba dan tiba pukul 02:30 di Cibodas. Begitu tiba, kami cari parkiran dan langsung tidur di mobil.

Outfit of the day 😄 
Ketika kami datang, parkiran mobil masih satu lajur, pas saya bangun untuk subuhan di jam 05:00, parkiran mobil sudah menjadi 3 lajur dong dan sudah banyak pendaki yang bersiap-siap jalan. Kalau kami tidak bisa langsung jalan, karena belum tebus simaksi karena loketnya baru buka pukul 09:00. Jadi kami santai dulu sambil packing barang dan sarapan.

Tanjakan setan / Tanjakan rantai
Sialnya kami, ketika jam 09:00 tiba dan kami mau ambil simaksi, kami diminta untuk menyertakan surat keterangan sehat dan bukti transfer mobile banking yang harus dicetak, sedangkan hanya Diah yang udah buat surat keterangan sehat, saya dan Ardiyan belum. Jadilah kami berdua turun ke pertigaan, mencari warnet dan rumah sakit. Akhirnya kami baru bisa berangkat pukul 11:00, molor satu jam dari jadwal.

 
Pendakian kami berbarengan dengan acara Ultrarun GP100, jadi selama pendakian kami berpapasan dengan para pelari di nomor kategori 25K, 50K, 75K dan 100K. Saya saja berasa enggak sampai-sampai ya itu ke Kandang Badak, nah mereka yang masuk kategori 100K, malah sudah 3x bolak balik basecamp - Puncak Gede - Suryakencana - Puncak Pangrango - Mandalawangi, mental dan fisik yang luar biasa sekali.

Pendakian ini meskipun menguji ketabahan tapi cukup nyaman, karena pace kami sama, kecepatan kami cukup stabil ketika perjalanan naik dan makanan cukup berlimpah. Alhamdulillah juga ketika perjalanan naik, hanya gerimis yang menemani di setengah perjalanan ke Kandang Badak. Esoknya ketika naik turun puncak pun cuaca cukup cerah. Perjalanan pulang yang cukup berat, dimana hujan deras sejak kami selesai packing dan kaki sudah mulai sakit.

 
Meskipun sampai rumah kaki sakit dan badan kaku, setiap pendakian bagi saya punya cerita dan kesan tersendiri. Apalagi dilakukan bersama dengan tim yang mampu saling mendukung dan melengkapi, kalau kata orang mungkin ini yang disebut romantisme masa muda haha.
xxxChuu original by ra~ccon.

Kamis, 08 Desember 2016

The Adventures of (ex)Unemployed (wo)Man

11.36 Posted by Tiara Putri , , , 4 comments
Jadi salah satu alasan utama saya sempat vakum menulis blog tidak lain dan tidak bukan adalah sekarang saya sudah bekerja, sudah lepas dari status mahasiswa dan harus memasuki dunia orang dewasa dengan segala tikungannya.
 
Saya lulus kuliah sebenarnya sih pada September 2014, namun karena dosen pembimbing saya itu luar biasa sekali, saya jadi telat daftar wisuda di periode akhir tahun 2014 itu dan akhirnya daftar untuk periode Januari 2015.

Pasca sidang tuh ya masih sering saya main kesana kemari, hidup masih berasa bebas tanpa tanggungan. Barulah pasca wisuda jreng jreng jeeeng saya merasa kehidupan yang sebenarnya dimulai. Bener deh, kuliah itu gampang bangetlah kalau harus dibandingkan dengan perjuangan fisik dan mental mencari kerja. Saya melalui sepanjang tahun 2015 dengan semangat yang naik turun disertai air mata yang sudah bergalon-galon kali itu kalau dikumpulkan, bahkan saat saya sudah dapat kerja sekalipun loh.

Pada akhirnya badai pasti berlalu kan *ecielaah* dan setelah terbit matahari memang baru akan terasa bahwa badai yang tidak membunuh kita, sebenarnya menempa aja, bikin kita kuat. Nah, pada titik ini, saya sudah bisa sedikitnya mengambil makna dari proses pencarian kerja kemarin, kalau dirangkum seperti inilah ya.
 
picture from here
      1.      Keep your expectation low ...

Saat menjelang lulus, saya berkali-kali diperingati oleh senior saya, bahwa fresh graduate S1 itu bukan dewa, jadi jangan memiliki ekpestasi yang tinggi terhadap pekerjaan dan gaji yang akan didapat. Jika ternyata mendapat pekerjaan idaman dengan gaji mentereng, bisa jadi karena punya skill yang bikin silau atau sederhananya ya memang rezekinya begitu.



2.       ... and your skill high.

Mengenai peningkatan skill ini harus disadari sejak dini, sejak memutuskan apakah setelah lulus kuliah akan meneruskan kuliah lagi atau bekerja, karena tentunya akan membuat kita fokus terhadap kemampuan-kemampuan yang akan ditingkatkan. Kuliah memang zamannya kita bebas ya, tapi jangan sampai lupa bahwa masih ada masa depan yang harus dipersiapkan. Contohnya nih saya menyesal ketika lulus kuliah, kok pas kuliah enggak nerusin les bahasa Jepang, enggak ikut ini, enggak ikut itu karena saya merasa jika pas kuliah saya memberi sedikit fokus pada minat saya, kedepannya itu bisa menjadi nilai tambah buat saya.

3.      Yakin akan kemampuan diri sendiri.

Saya sempat mengalami fase mogok cari kerja, karena saya merasa saya selalu gagal dalam TPA, saya jadi agak takut-takut gitu datang tes. Syukurlah ketika saya memberanikan diri, saya bertemu dengan lulusan Psikologi yang menyemangati saya, bahwa TPA tidak membuktikan kemampuan kita, tapi perusahaan yang belum cocok dengan kita. Jadi gagal bukan berarti ketidakmampuan, tapi lebih kepada ketidakcocokan, catet bos.

4.      Everything happen for a reason

picture from here
Ini berasa banget sama saya. Kalau saya mengingat-ngingat kembali, saya merasa, saya mendapat pekerjaan yang sekarang karena sudah ditempa di pekerjaan pertama. Jadi ketika saya dapat kerja di bulan April 2015, saya memutuskan yasudah ambil saja dulu, untuk pengalaman. Tapi saya tidak nyaman bekerja disitu, hampir setiap pulang kerja saya menangis, karena di kantor saya merasa di MOS macam dimarahi di depan orang-orang dari 3 departemen, disebut tukang ngarang ditambah harga diri saya perlahan terusik, ketika saya merasa saya punya kemampuan namun pekerjaan utama saya fotocopy dan mengarsipkan dokumen, Celana Merlin, itu sih kerjaan saya pas magang dulu. Pada akhirnya, setelah sebelas bulan, saya memutuskan untuk berdamai dengan diri sendiri, untuk menerima, eh saya diterima di perusahaan saya yang sekarang, yang tentunya lebih baik dari banyak hal. Sekarang saya paham mengapa Allah, membawa saya ke perusahaan pertama, karena memang saya membutuhkan pengalaman dan pelajarannya. Mungkin Allah bilang, “mental kamu butuh ditempa dan kamu harus mulai belajar mengenal emosimu”.

5.       Berdoa.

Ini klise, tapi ya memang begitu adanya. Proses mencari kerja harus dibarengi dengan doa yang kuat. Kita tidak tahu seberapa kuat teman-teman yang mendapat pekerjaan duluan berdoa. Berdoa juga bisa menjaga level kewarasan, meyakinkan bahwa ada Allah yang Maha Merencanakan dan Ia mendengar doa-doa kita. Bisa jadi kita belum dapat kerjaan ya semata-mata karena belum rezekinya saja.

6.       Berolahraga

Sambil berdoa dan berusaha, isi hari dengan kegiatan bermanfaat, saya sih menyarankan berolahraga karena saya merasa dengan berolahraga pikiran lebih bisa berpikir positif. Tubuh juga jadi bugar untuk antri masuk Jobfair atau pergi wawancara di luar kota hhehhe.

7.      Minta Restu Orangtua

Menyoal restu orangtua, yah yang namanya orangtua pasti kasih restu ya, tapi ada kalanya orangtua juga kurang setuju dengan pilihan kerja kita, jadi bicarakan jenis pekerjaan yang kita lamar dan minta restu orangtua. Ini pernah saya alami, ketika orangtua saya kurang menyetujui saya untuk bekerja di bidang perbankan, saya tetap pergi sih, tapi sikap dan nasihat mama saya menyiratkan lebih baik cari di bidang lain saja, nah mungkin itu salah satu sebab saya tidak diterima di bank atau ya karena saya kurang cakap saja untuk berkerja disana hhohho.
picture from here
Nah jalan hidup orang pasti berbeda-beda, ada yang mulus lancar macam jalan tol, ada juga yang mesti keluar masuk gang-sempit-kanan-kiri-orang-jualan, tapi dalam segala situasi mesti belajar bersyukur biar tetep waras haha.
Kalau kata Steve Jobs mah, Life is about connecting the dots, kita baru bisa memahami atau menyambungkan titik-titik dalam hidup kita, setelah kita berhasil melewatinya, just keep believing. Cheers.
xxxChuu original by ra~ccon.



 

Minggu, 20 November 2016

Pantai Pok Tunggal Nan Jauh di Mato

16.14 Posted by Tiara Putri , , 4 comments
Edisi nostalgia, jalan-jalan terakhir saya sebelum pulang kampung. Jadi saya ngajak main adik saya ke Goa Pindul yang sudah saya tulis disini, tapi saya lupa melanjutkan sedangkan lagi-lagi ini draft dibuang sayang.






Pantai Pok Tunggal merupakan salah satu jajaran pantai di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Pantai yang cantik untuk menikmasi matahari tenggelam. Butuh usaha untuk mencapai pantai ini, cukup jauh dari pusat kota. Saran saya hindari perjalanan malam jika tidak bersama rombongan, karena (pada waktu itu sekitar awal tahun 2015) melewati daerah yang kanan kirinya masih hutan. Sekian (hahaha gaje banget deh)
 
xxxChuu original by ra~ccon.

Jumat, 18 November 2016

Review : Kampung Daun

16.15 Posted by Tiara Putri , No comments
Note : tulisan ini saya buat kurang lebih satu tahun yang lalu dan entah kenapa saya lupa untuk publish, jadi ini semacam triger menulis yang dibuang sayang.

Weekend ini menyenangkan sekali, karena keluarga saya komplit berkumpul. Momen komplit memang susah sekali untuk keluarga saya, karena ayah yang kerjanya jauh dan durasinya lama dan Syifa yang kuliah di Magelang. Setelah saya merasakan jauh dari rumah, momen berkumpul lengkap ini menjadi hal yang mewah dan sangat saya syukuri.

Weekend ini ayah mengajak kami ke Kampung Daun di Lembang. Jadi sudah dari seminggu yang lalu, ayah ini kaya yang ngidam, sampe diomongin terus tiap hari pengen pergi kesini. Ditambah ayah sempet sakit dan lagi-lagi dibilangnya obatnya kalau ke Kampung Daun, hahaha padahal anak-anaknya tuh biasa aja.

Saya juga rada malas sih perginya kalau enggak lengkap, kan kasian Syifa enggak diajak, meskipun dia bilang gpp asal mentahnya dia kecipratan, tapi momennya loh momennya itu, jarang banget bisa kumpul komplit. Makanya pas dia bilang dia ada minggu tenang, kami suruh pulang aja. Bener aja kan, jam 02:30 dini hari sampai rumah, jam 07:00 kami sudah siap untuk pergi ke Kampung Daun, mengabulkan ngidamnya ayah.



Perjalanan menuju Kampung Daun ini cukup jauh karena saya telat kasih instruksi. Jalur terdekat itu katanya belok kiri di belokan pertama dari terminal Ledeng. Sayangnya, jalanan sedang macet dan saya lupa kalau belokan itu deket banget dari terminal Ledeng, jadinya kagok deh dan kami lewat Lembang. 20 menit kemudian, kami tiba di Kampung Daun. Saya kira kami bakal jadi tamu pertama karena sampai sana itu sekitar jam 11:00 siang, eh ternyata enggak juga sih, sudah banyak pengunjung yang datang.  


Kesan pertama begitu tiba di Kampung Daun adalah sejuk, beneran deh tempatnya sejuk, pohon di kanan kiri jalan, aduh nyaman sekali, mana di saungnya itu disediakan bantal guling, duh nyaman dan adem banget deh. Langsung deh kami pesan makanan, sayangnya menunya itu berupa kertas selembar yang sekalian dijadikan kertas pesan, jadi tidak ada gambarnya, ada beberapa paket yang namanya aneh dan tidak tertulis keterangan, jadinya kami pesan yang jelas-jelas saja deh.


Selagi menunggu pesanan datang, saya dan Syifa berjalan ke dalam, karena kami dapat saung di depan. Wah makin takjub lah saya dengan tata letak restoran ini, begitu nyaman, asri dan adem. Hal yang saya sayangkan, kan ada kali kecil gitu, nah kalinya itu masih berbau tidak enak, untung saung kami tidak dilewati aliran kali itu.


Ketika kami kembali ke saung, makanan sudah tersedia. Keluarga saya pesan Gurame bakar saus kecap, spageti bolognese, beef blackpepper with flavored rice dan bakso malang. Well, tempatnya sih enak dan adem, bahkan bisa menggugah selera makan, sayangnya mungkin kokinya lagi galau saat kami datang, makanannya zonk, padahal kami datang di waktu menjelang makan siang dan dalam keadaan lapar, tapi benar-benar kurang memuaskan. Makanannya tidak panas dan kurang nendang bumbunya.


Setelah makan dan tidur siang sebentar, kami pun pergi untuk melanjutkan perjalanan. Ternyata ada antrian di depan, wedew, karena pas datang, saya langsung reservasi tempat dan melenggang masuk, tidak perlu menunggu segala.

Nah ini tips dari saya kalau mau berkunjung ke Kampung Daun :
  1. Lebih baik lewat jalur yang dekat Terminal Ledeng, jangan kebablasan.
  2. Datang pagi menjelang siang, biar enggak nunggu lama, mau makan aja pake daftar tunggu segala, udah nunggu lama-lama makanannya kurang nampol kan Celana Merlin juga. Kecuali ya memang mau dapet suasana yang romantic di malam hari yang sepertinya peak hour, lebih baik jangan datang dengan perut 100% kosong.
  3. Bandrosnya enak, tapi mahaaal hahaha ya namanya di restoran yang lagi ngehits yaa,
  4. Jika berminat beli buah di pintu keluar, liatin aja mamangnya, jangan nawar, cukup liatin aja. Biarin si mamang ngikutin sampe tempat parkir. Pengalaman saya, kami enggak sengaja ngeliatin mamang yang jual strawberry dan berry hitam dengan harga Rp 35.000/box, eh pas kami di mobil, tanpa menawar serius, dapet deh Rp 50.000 untuk 3 box, hehehehe. 
Kesimpulannya, Kampung Daun itu tempatnya enak, nyaman dan adem, sayang, kokinya lagi galau dan gasnya lagi habis kali ya.
xxxChuu original by ra~ccon