Whoever me, Whatever me, and Whenever me. I'm the only one and just one of "me".

Minggu, 18 Oktober 2015

Vitamin-Sea : Recharge & Refresh

21.28 Posted by Tiara Putri , , 4 comments
Melanjutkan cerita perjalanan saya ke Pulau Harapan yaa, jadi kebanyakan paket wisata ke Pulau-Pulau di Kepulauan Seribu itu berdurasi 2 hari 1 malam, disarankan kalau mau santai menikmati wisatanya itu hari weekday, karena kalau weekend apalagi libur panjang pasti penuh sekali, secara opsi quickie getaway dari Jabodetabek.

Agenda kegiatan di hari kedua di Pulau Harapan ini adalah Island Hopping, jadi kami diajak berkunjung ke pulau-pulau kecil yang tersebar di dekat Pulau Harapan. Beberapa Pulau kecil ini milik pribadi loh, ckckck ngiler enggak sih bisa punya pulau pribadi di kawasan yang lautnya oke punya, saya sih ngiler berat.
Pulau Harapan dikelilingi beberapa pulau kecil berjarak kurang lebih 10-20 menit perjalanan menggunakan kapal. Agenda hari kedua ini cuma sekedar lihat-lihat pulau saja karena jam 11:00 kami sudah harus berada di kapal yang akan membawa kami pulang ke Jakarta.


Kegiatan hari kedua ini bagi saya cukup membosankan, karena saya bukan tipe yang doyan selfie kali ya. Pulau-pulau yang dikunjungi ya tidak ada yang bisa dilihat, sama saja gitu tidak ada daya tarik atau uniknya, malah terkesan terbengkalai, sayang sekali, padahal cukup berpotensi untuk lebih dikembangkan. Seperti di Karimunjawa, di Pulau Menjangan Besar wisatawan bisa melihat dan berinteraksi dengan hiu di penangkaran yang dibuat oleh warga sekitar.


Saya pun menyarankan kami untuk pulang saja, agar bisa dapat tempat di kapal. Benar saja deh, kapal yang akan membawa kami ke Jakarta sudah penuuuuh sekali, untuk dapat tempat di bawah tangga saja sudah bersyukur deh dan saya punya firasat bahwa perjalanan pulang ini tidak akan semulus perjalanan pergi, jadi saya menenggak pil antimo, lalu mengambil posisi berbaring di bawah dek kapal.


Firasat saya benar, Celana Merlin, perjalanan pulang ombaknya besar, terasa sekali terombang-ambingnya padahal saya sudah minum antimo, tapi kapal berguncang dan satu persatu anggota rombongan saya tumbang. Alhamdulillah saya sih tidak sampai muntah, meskipun perut memang rasanya sudah tidak enak. Makanya ketiika kapal merapat di dermaga Muara Angke, rasanya begitu lega, meskipun ketika menginjak daratan, ada rasa limbung dan oleng hahaha amatiran ya.

Well, perjalanan ke Pulau Harapan cukup untuk recharge energi dengan memberi saya vitamin-sea, meskipun memang masih kurang gregetnya. Dari pengalaman ini, saya ingin berbagi tips bagi yang hendak berkunjung ke Pulau Harapan :
  1. Bandingkan harga sebelum memutuskan memakai operator wisata, karena pada dasarnya kegiatannya sama saja tapi harga bisa berbeda.
  2. Datang pagi-pagi sekali untuk menghindari terjebak macet jika pergi wisata pada weekend. Setelah itu langsung menuju kapal untuk mencari tempat duduk, karena tidak diberi tiket, apalagi di booking-kan tempat duduk.
  3. Tips untuk mencegah mabuk laut, hindari bepergian dengan perut kosong, minum air jeruk nipis hangat setelah makan. Kalau saya sih Tolak Angin dan semacamnya bantu banget mengurangi mual. Cari tempat yang nyaman, kalau perutnya lemah, saya sarankan untuk berbaring selama perjalanan dan minum obat anti mabuk. Bawa minyak yang disukai, karena jika sudah ada bau-bauan aneh, biasanya akan lebih mudah terangsang untuk muntah
Semoga tips diatas membantu yaa. Titip salam untuk pohon kelapa dan pasir pantai, katakan pada mereka, saya rindu, hhehhe.
xxxChuu original by ra~ccon.

Minggu, 11 Oktober 2015

Quickie Getaway : Harapan Island

19.46 Posted by Tiara Putri , , 4 comments
Hai hai, duh saya sedih sekali melihat blog ini, tidak terurus, kegiatan menulis saya menurun drastis dan saya mengkambinghitamkan hari-hari yang saya anggap sibuk padahal ya enggak juga. Di tahun ini saya sering pergi jalan-jalan bareng Syifa, adik saya. Kami ke Gunung Lembu, Gunung Parang dan ke Pulau Seribu juga. well, semoga satu persatu bisa saya rekam melalui tulisan ya.

Jadi suatu hari, adik saya itu ngajak ke Pulau Tidung di Kepulauan Seribu, saya sih oke oke aja, apalagi kan kalau pesertanya semakin banyak, biaya per orangnya jadi lebih murah. Setelah survey kesana kemari, akhirnya diputuskanlah Pulau Harapan yang akan menjadi tujuan kami. Jadilah kami memilih sebuah weekend untuk berangkat (enggak dibocorin kapannya, biar gg ketauan basinya hhihhi). Total rombongan kami bersebelas : Saya, Syifa, Ardiyan, teman syifa berlima, dan keluarga salah satu temannya bertiga, jadi biaya yang kami bayarkan per orang adalah Rp 330.000.

Saya, Syifa dan Ardiyan malamnya menginap di rumah teman kuliah Syifa di daerah deket Jakarta Utara, karena jam 07:15 kami sudah harus stand by di Muara Angke. Untungnya kami menginap, karena berangkat pagi saja terjebak macet, jalanan di Muara Angke tergenang air dan dipenuhi kendaraan yang mengantar para wisatawan, ditambah dengan di kawasan itu Gubernur dan Menteri mau datang, makin lah tumpah ruah jalanan. Disitu saya takjub, ada ya orang yang kuat tinggal di kawasan Muara Angke.

Saya merasa udah berangkat pagi, ternyata salah besar, sesampainya di dermaga, orang sudah kayak semut, banyak banget. Tapi memang kami berangkat cukup pagi sih karena kami masih kebagian kursi di kapal, jadi kapalnya itu kapal kayu kecil, ada tempat duduk kayak di kereta. 

Perjalanan menuju Pulau Harapan memakan waktu kurang lebih 3 jam perjalanan, tidak begitu terasa karena saya tidur nyenyak. Begitu sampai di Pulau Harapan, rombongan semut satu persatu menuju sarang selama dua harinya. Senangnya kami dapat homestay yang masih baru, agak jauh sih dari dermaga, mana harus ngelewatin kuburan, tapi ke laut gg jauh, laut di depan kami cihuuuy.


Ketika pintu dibuka, makan siang sudah tersaji berupa nasi, dua lauk pauk, sirup dingin, air mineral gelas, buah dan kerupuk. Duh senang deh rasanya, karena baru kali ini saya jalan-jalan yang "mewah" begini hhehhe. Setelah makan siang, kami siap-siap deh untuk snorkeling, jam 13:00 duh pas panas-panasnya kan, tapi memang itinerary paketnya ya begitu.

 Snorkeling ini kami diajak ke beberapa spot, cantik sih tapi kok rasanya saya masih belum bisa move on dari Pulau Sambangan, hhehhe. Saya kurang menikmati kegiatan snorkeling, karena kalau terlalu lama saya suka jadi mabuk laut, terapung terombang-ambing bikin badan enggak enak. Nah mungkin ada pengaruhnya dari perut kosong kali ya, karena saya tidak makan siang. Jadi setelah ke beberapa spot snorkeling, kami diajak ke sebuah pulau kecil dan disana ada tukang jualan, udah kaya rest area gitu. Mereka jual mie instan, kelapa muda, gorengan dan es-esan. Harganya memang tidak terlalu mahal untuk ukuran di tengah pulau begitu, tapi tetap saja, selalu bertanya harga di awal untuk mencegah keterkejutan di akhir.

Setelah makan kami diajak ke gosong, yakni gundukan pasir di tengah laut yang muncul ketika laut sedang surut. Hari semakin sore, kami pun beranjak pulang. Di homestay, lagi-lagi makanan sudah tersedia, jadi kami bergantian mandi deh. Sayangnya air untuk mandinya bau sekali, duh saya sampai pengap di kamar mandi karena menahan nafas, aroma sabun pun tidak bisa menutupi bau air yang percampuran antara bau oli dan bau got, maka dari itu, saya cuci muka dan gosok gigi pake air mineral dari galon.

Sambil menunggu guide kami datang membawa ikan untuk acara bakar-bakar, perlahan rasa kantuk menyerang semua orang, sedangkan saya mengobrol dengan Ardiyan. Terus kami jalan-jalan deh ke alun-alun cari makan malam untuk saya. Brrr angin malamnya dingin, tapi tidak menyurutkan orang-orang untuk main ke alun-alun. Saya beli jagung bakar dan cumi bakar. Satu porsi cumi bakar harganya Rp 10.000, isi tiga tusuk, masing-masing tusuk berisi 4 potongan kecil cumi-cumi. Rasanya enak, karena setelah dibakar, diberi bumbu kacang, jadi seperti sate biasa saja.

Setelah kenyang makan malam, kami pulang ke homestay, personil sudah pada bangun karena mas guide udah datang bawa ikan tuna besar 11 ekor. Saya sih enggak makan, karena saya memang tidak terlalu suka seafood, padahal kata anak-anak ya rasanya enak dan tidak amis.
Puas melihat yang makan ikan, saya pun beranjak masuk dan berbagi kasur dengan empat orang, bagaikan ikan pindang, tapi lelah mendera dan kami pun terlelap.
xxxChuu original by ra~ccon.

Jumat, 27 Maret 2015

Rangkaian Putri Tidur : Gunung Bongkok

07.53 Posted by Tiara Putri , 14 comments
Halo, saya kembali lagi setelah lagi-lagi menghilang hhuhhu padahal sempet berjanji pada diri sendiri untuk kembali disiplin menulis. Sekarang saya di rumah, kok di rumah ? kenapa ? soalnya saya sudah lulus horeeee, detil ceritanya saya ceritakan nanti, biar ada bahan menulis.

Nah liburan kemarin, Syifa, adik saya ngajakin naik gunung, ternyata di Purwakarta juga ada gunung, dua malahan, yakni Gunung Parang dan Gunung Bongkok. Saya baru tahu kalau Parang itu juga gunung, karena sebelumnya saya kira cuma tebing saja, tahun kemarin, junior saya manjat disitu.

Berkali-kali merencanakan pergi, enggak pernah terealisasi, sampai akhirnya liburan Syifa juga usai belum jadi berangkat. Sampai kemarin saya diajak maen sama kakak sepupu jauh saya, terus saya ajakin dia untuk naik gunung, dia setuju untuk berangkat di hari minggu. Naasnya saya malahan lupa ngajakin Inesz, saya baru inget hari sabtu malam, pas kakak sepupu itu ngebbm saya untuk konfirmasi, dibatalin enggak enak juga karena dia sampai udah beli celana training.

Akhirnya Minggu, 22 Maret 2015, saya jadi berangkat untuk naik Gunung Parang bersama kakak beradik sepupu jauh saya dan dua adik saya, Izmi dan Lulu. Mereka saya ajakin karena masa hiking cuma berdua itu kan gg seru banget ya. Tapi naasnya, motornya cuma ada dua, yaudahlah kami nekat satu motor ada yang bonceng tiga, lagian Izmi dan Lulu kan badannya kecil-kecil, yang penting mangkaaat.

Kami berangkat jam 08:00, saya dan kakak sepupu sama-sama enggak tahu jalan, jadi saya pakai Google Maps yang ternyata menyesatkan. Kami diarahkan ke jalan yang jelek, jalur truk pengangkut batu, kanan kiri batu, jalanannya berlubang, sampai ban motor saya bocor, untungnya bocor di depan tukang tambal ban.


Sekitar jam 10:00 kami sampai lokasi, terus ada pertigaan, disitu ditanya mau kemana, saya bilang mau ke Parang, ternyata masih harus turun lagi, kalau ke Bongkok bisa parkir motor disitu. Saya tanya lagi, Parang sama Bongkok jarak tempuh pendakiannya pendek mana, dibilang Bongkok yaudah saya memutuskan untuk naik Bongkok aja jadi kami parkir disitu.


Setelah parkir dan titip helm, kami mulai jalan, jadi kalau di Bongkok ini registrasi ada di pos 2 sekaligus camping groundnya, 15 menit perjalanan dari lokasi penitipan motor. Ternyata rame sekali, banyak tenda didirikan, saya kira masih sepi, ternyata sayanya aja yang udik. Disitu kami mendaftar dan bayar Rp 5000/orang. Dari camping ground sudah terlihat pemandangan Waduk Jatiluhur loh, bagus deh.


Memulai pendakian, jalurnya becek sekali, karena habis turun hujan dan sudah banyak dilalui orang. Terlebih makin lama, jalurnya makin licin dan terjal, saya sempat khawatir dan mengajak Izmi Lulu untuk menyudahi pendakiannya, karena saya khawatir pas turunnya mereka kesusahan, tapi mereka malah bilang lanjut saja, yaudah kami lanjut. Di beberapa titik yang terjal dan curam mendekati puncak, sudah dipasang webbing sebagai alat bantu. Jadinya saya enggak punya foto pas perjalanan, karena khawatir kalau pegang kamera saya jadi gg bisa menjaga keseimbangan dan mengarahkan adik-adik saya. Pendakian kemarin itu rame sekali, dari yang tampilannya ala pendaki sampai ala ke mall ada.


Ketika adzan dzuhur berkumandang, kami tiba di puncak, kurang lebih dua jam perjalanan, karena kami juga banyak istirahatnya dan macet di perjalanan. Nama puncaknya, puncak batu tumpuk dengan ketinggian 975 MDPL, karena puncaknya memang berupa batu-batu besar yang bertumpuk.


Dari puncak, kami hampir bisa melihat Waduk Jatiluhur secara keseluruhan, ternyata besaaaaaar sekali ya Waduk Jatiluhur itu, saya lagi-lagi baru tahu. Pemandangan dari puncaknya, Masya Allah, indah sekali, ternyata keindahan yang sering saya temukan di tanah orang ada di rumah sendiri itu luar biasa sekali. Selain terlihat Waduk, juga terlihat Gunung Parang dan rangkaian bukit yang mengitari Purwakarta. Kenapa judulnya rangkaian putri tidur ? karena perbukitan di Purwakarta kalau dilihat dari Sadang, terlihat seperti perempuan yang sedang tertidur loh.


Pulangnya kami lewat jalan utama Plered yang lebih cepat, mulus dan aman. Syukurlah bisa tahu satu tempat bagus dan itu di kampung sayaaaaa. xxxChuu original by ra~coon.

Jumat, 09 Januari 2015

Ngesot Dulu Ke Gunung Kidul

00.18 Posted by Tiara Putri , , 16 comments
Dari Ambarawa saya lanjut ke Magelang untuk nganterin printer dan meja ke tempatnya Syifa, adek saya. Disitu Syifa curhat soal pengen maen tapi banyak kendalanya, yaudah saya ajak pergi main, awalnya mau kemah, tapi kalau pergi Minggu, hari Senin pukul 08:00 sudah harus di Magelang lagi, karena Udzma, teman Syifa mau ada tes, akhirnya diputuskanlah kami pergi mainnya ke Gunung Kidul, Yogyakarta aja, tepatnya ke Goa Pindul dan pulangnya ke Puthuk Setumbu, bukit di Magelang yang bisa lihat sunset dan Candi Borobudur dari ketinggian.

Hari Minggu, 5 Januari 2014, saya berangkat sekitar jam setengah tujuh dari Semarang. Di Magelang, saya ketemuan di Rindam sekalian sarapan dulu, jam sembilan berangkat deh menuju Gunung Kidul. Beruntung sekali cuaca hari itu cerah.

Memasuki daerah Gunung Kidul, Ardiyan bertanya ke saya apa Syifa dan Udzma punya SIM, karena daerah Wonosari itu rawan razia, dihlala bener aja dong, ngelewatin Bukit Bintang, motor Syifa diberhentiin sama Polisi, katanya melanggar marka jalan, di garis tak terputus mereka nyalip, untungnya STNK dan SIM ada jadi gg kena dobel, tapi tetep aja malesin.

Tapi enggak jadi ditilang sih, kami dilepas gitu aja, polisinya males kali ya karena saya bersikeras kalau ditilang, saya mau yang bayar langsung via BRI, tapi penjelasan teknisnya tuh muter sana muter sini deh, ah urusan pelayanan masyarakat masih ribet, selalu begitu, niatnya mempermudah yang ada malah masyarakat dibuat pusing.

Yaudah deh kami cabut, ngikutin guide yang pas lagi awal tilang dipanggilin polisinya pas tahu kami mau ke Pindul.


Saya jadi agak emosi kalau inget cerita itu, bentar saya senyum dulu *senyum*. Oke kami melanjutkan perjalanan. Jadi masuk Gunung Kidul, sepanjang jalan akan menemui tulisan "Informasi Goa Pindul", "Antar Gratis Goa Pindul", "Penjemputan Tamu Goa Pindul" dll gitu. Jadi memang biaya antarnya gratis, karena masing-masing pengantar



Perjalanan kami mengikuti guide antar ini jauuuuh sekali, rasanya perjalanan Magelang - Gunung Kidul lebih deket dibanding perjalanan Bukit Bintang - Goa Pindul. Mana jalannya tuh kanan-kiri hutan, enggak ada petunjuk jalannya, udah kepikiran gimana nanti pas pulang bisa nemu jalannya apa enggak hhehhe.


Akhirnya sampai juga di lokasi, langsung dikasih tahu ada paket apa aja. Paket Tubing Goa Pindul Rp 35.000/orang, rafting sungai oya Rp 45.000/orang dan caving Goa Gelatik Rp 30.000/orang. Kami pilih paket tubing sama rafting, jadi per orang bayar Rp 80.000. Pas mau bayar, uang kami pas-pasan banget, mana enggak bisa pake kartu debit, karena takutnya ada apa-apa di jalan kalau enggak megang uang cash. Eh malahan sama pemiliknya ditawarin pembayaran via transfer, untungnya Syifa udah ngaktifin mobile banking-nya. 


Setelah bayar, kami ganti baju dan sholat dzuhur dulu. Disini udah enak, kamar mandinya banyaaak banget dan murah, biaya BAK dan ganti baju Rp 1000, untuk mandi Rp 2000. 


Sudah selesai kami langsung ke loket lagi karena sudah dipanggil-panggil, jadi kalau sudah bayar nanti nunggu dipanggil, setiap tim nanti dapat satu guide. Benar kata pengantar kami, kalau kantornya dia lokasinya deket Goa Pindul yang memang terletak di belakangnya meskipun harus jalan sekitar lima menitan sambil bawa ban.


Ada kejadian yang cukup menyebalkan, jadi saya minta Ardiyan bawa housing, dibawa sih tapi lupa di setting untuk kamera saya, jadinya gg kepake housing-nya dan untuk menghindari kena air, kamera digital saya dimasukin ke plastik es, duh gg bagus banget deh.


Setelah membungkus kamera dengan plastik, kami mulai mengantri di mulut gua, iya ngantri, udah panjang mengular aja antrian masuk guanya, tapi kata guide-nya sih itu belum apa-apa, karena beberapa hari sebelumnya yang notabene libur panjang, orang musti antri sampai dua jam untuk bisa masuk ke Goa Pindul.


Pas mulai masuk goa-nya, guide kami (hmm kalau gg salah namanya mas Suryono) mulai memberikan keterangan mengenai Goa Pindul, sejarahnya, lalu kuliah singkat mengenai bebatuan dan fauna penghuni Goa.


Guide kami ini lucu loh, jadi muka dan intonasinya tuh serius dan datar, eh ternyata ngelucu, gubrak momen banget deh, kayak semacam ini deh,
S : Jadi pilar gamelan ini kalau dipukul 12x nanti bisa terdengar 2 suara
K : Hah? Iya mas ? suara apa tuh ?
S : Iya suara pilarnya yang seperti gamelan dan suara guide-nya yang kesakitan.


Sepengamatan saya, guide disini sepertinya sudah diberi pelatihan kepemanduwisataan, jadi ada inisiatif untuk mengambil foto pelanggan, penjelasannya juga lengkap terlebih lucu-lucu juga sesuai dengan karakter dan pembawaan masing-masing.


Memasuki Zona Gelap Abadi, dimana cahaya matahari sudah tidak mencapai bagian ini, seharusnya ada semacam ritual, dimana guide akan mematikan lampu lalu meminta peserta untuk merenung dan mensyukuri nikmat penglihatan, karena pada zona gelap abadi ini gelap total, tangan depan muka pun enggak bakalan kelihatan, cuma karena ya macet dan banyak banget pengunjung ya enggak bisa dilaksanain ritualnya.



Sebenernya perihal macet di dalam Goa ini ada untungnya juga loh, karena biasanya paket Tubing Goa Pindul itu paling cuma 15 - 25 menit, tapi kalau macet bisa lebih dari itu. Enggak untungnya penjelasan guidenya jadi kurang maksimal, gitu kata guide-nya kami.


Selesai di Goa Pindul, kami kembali ke loket untuk melakukan paket Rafting Sungai Oya. Jadi ban sama peserta diangkat pake mobil bak terbuka ke sungai yang jaraknya juga enggak terlalu jauh dari loket.


Lalu kami turun dari mobil bak sambil angkat ban masing-masing, terus jalan menuju poin awal pengarungan. Kami kira turun dari mobil langsung mulai, tapi kata guide-nya jalur itu khusus kepemanduan, bukan untuk peserta umum, terlalu bahaya katanya.


Terus kami menyeberang sungai sedikit, awalnya pemandu nunggu di bawah jeram, hlaa mau arung jeram tapi jeramnya malah dilewatin, gg afdol dong ya, jadi kami minta mulai dari atas jeram. Untungnya kami minta dari atas jeram, karena sepanjang pengarungan, itu satu-satunya jeram yang kami lewati, sisanya ngikut arus sungai yang lambat.


Di tengah arung sungai ini, kami berhenti di satu titik dimana ada batu tinggi dan air terjun. Nah para pemandu mendorong para peserta untuk lompat dari batu setinggi kurang lebih 2 - 3 meter dari permukaan air, sampai ngantri mau loncat aja.


Kami cukup lama di air terjun, karena teman-teman pada loncat lagi, kecuali saya emang, karena lemah jantung saya ini, gg suka sama yang bikin jantung ketinggalan hhehhe. Lalu kami melanjutkan hanyut sekitar 500 meter sudah sampai di akhir, beli cimol langsung diangkut lagi ke loket. Kami mulai sekitar pukul 12:30 dan semua kegiatan usai pukul 15:00, enggak kerasa waktu berlalu dengan cepat. 

Well, wisata Goa Pindul ini lumayanlah meskipun biasa aja menurut gw yang pernah ke goa vertikal (padahal baru dua kali tapi sombong hhohho) tapi bisa nambah ilmu juga, sedikit saran yang mau ke Goa Pindul :
  1. Bawa surat berkendaraan yang lengkap, patuhi aturan terutama di belokan, banyak cerita tilang di Wonosari
  2. Pengantar tamu di sepanjang perjalanan menuju Goa Pindul memang gratis, tapi enggak ada salahnya untuk bertanya, ada biaya antar atau enggak, daripada apes kebagian yang gg gratis
  3. Bawa uang cash, karena belum menerima pembayaran menggunakan kartu kredit atau debit.
  4. Minimal berempat, ini pendapat saya pribadi sih karena tempat ini asiknya memang rame-rame, berduaan doang nanti pemandu jadi orang ketiganya hhohho.
Lalu kami meneruskan perjalanan menuju pantaaaai.
xxxChuu original by ra~ccon.

Selasa, 06 Januari 2015

Berburu Tiket Lokomotif Diesel Gerbong Kayu

14.31 Posted by Tiara Putri , 7 comments
Halo 2015, be nice to me hhehhe. Alhamdulillah masih dikasih umur untuk menulis dan horeee ini tulisan pertama saya di 2015, tapi ada sedihnya juga, pas moderasi komentar gg sengaja malah klik delete, hhuhhu kehapus deh beberapa komentar, cari cara sana-sini di google gg dapet, hhuhhu yaudah deh move on aja dengan pertanyaan, "Tahun baruaan kemana?", yah saya mah bobo cantik di kosan hhehhe, karena memang sudah merencanakan untuk pergi mainnya lewat dari malam tahun barunya, ngebayangin macetnya aja udah gg mampu apalagi kalau sampai kejebak.


Baru tanggal empatnya saya pergi. Jadi suatu hari doski bilang kalau lagi ada promo naik kereta kayu di Ambarawa, per orang bayar Rp 50.000 untuk menikmati perjalanan sejauh 7 km, katanya sih bagus apalagi pas lewat Rawa Peningnya. Sehari ada empat kali jadwal keberangkatan keretanya, pukul 09;00, 11:00, 13:00, 14:00, kan lumayan tuh soalnya saya juga pernah liat liputan di TV kalau untuk menikmati perjalanan dengan lokomotif diesel dan gerbong kayu ini hanya menerima carteran, biayanya Rp 5.000.000 untuk sekali perjalanan.


Oke deh setelah beberapa kali atur jadwal, kami merencanakan pergi tanggal 4 Januari 2015. Rencana pergi jam 08:00, tapi karena pagi itu dingin banget bikin males beranjak apalagi untuk mandi, jadilah berangkat pukul 10:00. Dihlala, sampai Ambarawa udah rame banget, saya langsung sigap beli tiket masuk Rp 10.000/orang terus jalan cepat ke loket pembelian tiket kereta yang terletak di Museum-nya. Muheee, Janggut Merlin, antriannya panjang bangeeet, udah kayak antrian yang mau mudik lebaran deh, itu kami antri pun tiket keberangkatan untuk jam 13:00 udah habis.

ini masih ada ekornya, belum semua antriannya terfoto

Antriannya lama banget majunya, karena satu orang bisa maksimal membeli empat tiket dan transaksinya menunjukan KTP, persis kayak beli tiket kereta komersil gitu. Udah mulai pesimis kan, yaudah saya samperin satpamnya,
T : Maaf pak ini kan tiket jam 13:00 udah habis, saran saya untuk tiket jam 14:00 ini yang antri dikasih tau tinggal berapa tiket tersedia, biar gg lama antri taunya gg dapet
S : Iya mbak, ini untuk yang jam 14:00 baru dibuka jadi masih kok, 120 tiket duduk dan 30 tiket berdiri, ini kalau masing-masing beli empat tiket, kemungkinan sampai bapak yang pake baju hijau.


Hadeuh busyeeet, bapak baju hijau aja masih jauh dari tempat saya berdiri, yasudah deh tuh saya balik lagi ngantri, gg lama bapak satpamnya nanyain satu persatu yang antri dari depan masing-masing beli berapa tiket, nah dari situ ketahuan deh secara pasti saya gg kebagian tiket hhuhhu.

gerbong kayu ala gadis-dengan-rok-mekar menanti diselamatkan koboi berkuda putih

Saya langsung ke luar antrian begitu tau gg dapet dan gg berapa lama antrian di belakang orang terakhir yang disebut Pak Satpam juga bubar. Daripada sia-sia, akhirnya saya menikmati Museum-nya aja sambil foto-foto. Jadi Museum Kereta Api memang khusus dibuka saat promo kereta saja karena masih dalam perbaikan. Disana banyak lokomotif jadul yang kalau menurut saya malah terlihat gagah seperti di film koboi Amerika


Yah perjalanan ke Museum Kereta Api Ambarawa meskipun mengecewakan karena agenda utamanya gg tercapai, tetep seru, karena foto-fotonya bagus hhehe bangunan Museumnya gaya kolonial Belanda, persis seperti Lawang Sewu, Stasiun Tawang dan Stasiun Poncol yang atapnya tinggi dan banyak jendela besarnya.

kunci Inggris yang besaaaaar sekali

ganteng banget gg sih :)



Katanya sih tahun depan Museumnya dibuka untuk umum, yah semoga aja perjalanan menggunakan lokomotif diesel dan gerbong kayu-nya dibuat rutin jadi gg usah ngantri tiket macam mau pergi mudik lebaran. Semoga juga sistem penjualan tiketnya dipermudah, gerbong kayunya juga ditambah biar sekali jalan gg cuma 150 orang saja yang terangkut, karena sepertinya animo masyarakat cukup besar untuk menikmati perjalanan ini.
xxxChuu original by ra~cc0n.