Well, sesuai dengan judulnya, post ini akan sedikit bercerita tentang pengalaman berbelanja gw di Lombok. Yaah harapannya bisa jadi "guide" bagi siapapun yang baca, barangkali ada yang mau ke Lombok terus punya rundown acara seperti gw, lebih baik bersabar, karena orang sabar akan dapat barang bagus dengan harga murah hhohho.
Lombok terkenal dengan mutiaranya, katanya kualitas mutiara sini sebanding dengan Australia, cuma kalah di ukuran aja, mutiara Lombok lebih kecil (katanya gw belum ngebandingin antara mutiara Lombok dengan Australia sih). Berternak (bener gg ya istilahnya) mutiara itu seperti membesarkan bayi, gg boleh salah, seperti kata iklan, buat anak kok coba-coba, nah si kerang mutiara ini butuh perlakuan khusus untuk bisa hidup dan menghasilkan mutiara.
Nah untuk berbelanja mutiara di Lombok, disarankan untuk langsung datang ke toko yang memang punya integritas dalam menyediakan mutiara yang asli. Kemarin gw mengunjungi toko yang menjual dua jenis mutiara, yakni mutiara air tawar dan air laut, apa bedanya ? celetuk gw, nah kata temen gw sih perbedaannya itu kalau mutiara air tawar itu lebih cepet prosesnya, klo mutiara air laut lamaaa #CMIIW.
Guide gw menyarankan untuk tidak membeli mutiara di pedagang asongan. Karena "mutiara" itu didatangkan dari Jawa berkarung-karung, lalu dirangkai menjadi berbagai jenis perhiasan. Dari segi harga memang yang dijual pedagang asongan lebih murah, tapi silahkan memilih, harga tidak pernah bohong cyin.
Ngomong-ngomong soal mutiara, Lombok juga terkenal dengan "mutiara hijaunya" alias tembakau. Katanya Lombok menghasilkan tembakau berkualitas tinggi, namun sayangnya belum ada pabrik rokok yang tertarik untuk berinvestasi di tanah Lombok, tembakau-tembakau ini akan dibawa lagi ke tanah Jawa.
Nah kalau cari mutiara asli dan berkualitas kan sebaiknya tidak di pedagang asongan, kalau cari kaos, gantungan kunci dan gelang khas Lombok lebih baik di pedagang asongan. Jadi gini ceritanya, dari sejak datang ke Lombok, kami diwanti-wanti sama guide jangan beli kaos dari pedagang asongan, itu bahannya jelek, tipis dan sablonannya cepet luntur, nanti kalau mau beli kaos di toko saja. Memang benar, pagi pertama di Lombok, di depan hotel kami sudah ada pedagang asongan menawarkan dagangannya, gw kan gg tegaan gitu ya, bawaannya pengen beli, tapi ingat kata guide yowes sabaaar.
Pas malamnya, kami datang ke toko yang menjual kaos macam Joger gitu lah, harganya muraaaah sekali hanya dari Rp 20.000 saja, wah kalap saja sodara-sodara. Pas sampai di hotel, kaosnya dicoba tipis sekali, bahkan ada satu yang gw kasih ke Surilay dan gw suruh tebak harganya, dia bilang masa Rp 10.000an -_-' harganya sama kayak semangkok bakso.
Nah pagi kedua sekaligus terakhir di Lombok, pedangan asongan membanjiri trotoar halaman hotel, menawarkan dagangannya, gw makin gg tegaa dan berpikir, "Kalau gw gg beli, terus mereka bangkrut dan jadi pencuri, salah gw dong!", makin down-lah gw apalagi setelah mengobrol dengan dosen yang berujar, "Sebaiknya beli kaos itu ya di pedagang kecil ini saja, toh harganya sama, bahannya juga sama, tapi perbedaannya adalah kita membantu memberdayakan para pedagang kecil ini, klo beli di toko ya yang kaya makin kaya, yang miskin makin sengsara!". Dan memang bahannya sama, jadi kalau mau beli kaos murah dalam jumlah banyak ya lebih baik di pedagang asongan saja, nah cari bahan dan sablonan yang bagus, silahkan ke toko, karena di toko itu juga menyediakan kaos kualitas bagus dari harga Rp 85.000, lagi-lagi harga gg bohong cyiin.
Surilay : Aku mau syal tenun dong, buat hiasan tas. Gw :Mahal coy, 50ribu gg dipake, gg usah ya hhohho |
Lanjut kain tenun dan songket, di toko kaos dan pedagang asongan juga menjajakan kain songket dan tenun ini, hanya saja lagi-lagi ini didatangkan dari Jawa dan dibuat menggunakan mesin. Jadi kami dibawa ke desa penenun. Dimana semua anak gadis di desa ini harus bisa menenun sebagai salah satu syarat jika ingin menikah, mempersembahkan kain tenunannya kepada sang calon suami, jadi mereka belajar sejak usia tujuh tahun.
Gaya alay berlatarkan kain tenun dan topi yang dijual hhahha~ |
Di desa (yang entah apa namanya hhahha gw tidur sepanjang perjalanan soalnya) ini jadi kami datang ke koperasinya, tapi yang aneh ya, itu kan koperasi yang menampung hasil tenun di desa itu untuk penyemarataan harga tapi kok sepanjang perjalanan masih banyak rumah yang menyediakan dan menjual tenunnya ini. Gw sih gg beli, gg tertarik juga harganya mahal dan gw gg tau fungsi kain itu kalau gw beli jadi cuma foto-foto.
"mbak, tiga sepuluh ribu gelangnya" |
Sesudahnya kan kami ke desa Sade, nah disini juga menjual kain songket dan tenun ikat yaaaang jauh lebih murah dibanding di koperasi tadi dan masih bisa ditawar pula. Disini gw baru tertarik untuk beli kain untuk mama, tapi Janggut Merlin sekali, gw kagak bawa cash hhuhhu dan temen-temen gw juga cash-nya udah habis hhuhhu jadinya gg beli deh. Tapi sepertinya gw memang harus kembali ke Sade, karena payung gw ketinggalan di sana hhahha~ musti diambil kan sekalian bisa beli kain hhohho~.
well, begitu sih saran gw klo mau berbelanja di Lombok. Tapi dimanapun akan berbelanja, sebuah pengingat untuk diri sendiri, mari usahakan memberdayakan pedagang kecil.
xxxChuu original by ra~ccon