Premium vs Pertamax, Cerita Dilematis Mahasiswa.

Jadi entah kapan tepatnya gw mulai melihat spanduk bertebaran di hampir setiap SPBU dan selalu mengerutkan kening setelah membacanya, sampai akhirnya kemarin gw isi bensin dan baru sadar kalau di SPBU Undip juga sudah dipasang, eh karena gw kelupaan ambil kembalian, gw balik lagi deh ke pom dan berhenti sejenak untuk meresapi *eaaa* kata-kata di spanduk tersebut. Nah tadi gw menyempatkan diri masuk pom cuma buat baca spanduk itu lagi dan hihihi belaga kayak maling buat ambil foto spanduk tersebut.

Hweee ... spanduk ini menyindir dengan cara halus, Premium adalah BBM bersubsidi hanya untuk golongan tak mampu, terimakasih telah menggunakan BBM non subsidi yang berarti Pertamax karena gg mungkin solar atau Avtur hhohho. Golongan tidak mampu disini maknanya ambigu karena membaca ini gw jadi bertanya pada diri sendiri, gw sebagai mahasiswa -terlepas dari orangtua- masuknya golongan mampu atau enggak ya ? tentunya karena ucapan itu doa, gw ini mahasiswa mampu tapi kalau dengan begitu gw harus beralih dari premium ke pertamax yah well, berat juga sih. 

Harga premium hari ini adalah Rp 4.500 bandingkan dengan Pertamax 92 yang harganya 9.460 rupiah dan Pertamax 95 yang harganya 9.650 rupiah, noh anak SD aja pasti lebih milih Premium karena dengan uang 10.000 rupiah gw bisa dapet 2,22 liter Premium, sedangkan dengan jumlah uang yang sama gw cuma dapet 1 liter Pertamax atau satu buah Magnum. Hiperbolisnya satu liter Pertamax emang bisa bawa gw ke Simpang Lima tapi untuk naek ke Tembalangnya gw dorong motornya dong, haduh Pertamax menjadi sebuah benda atau mungkin lebih tepatnya cairan yang mewah untuk motor mahasiswa.

Emang sih pake Pertamax lebih enak, ke mesin juga (katanya) lebih bagus dan tarikan gasnya juga menurut gw lebih enteng dan kalau menurut Om Wiki,

Karena memiliki oktan tinggi, maka Pertamax bisa menerima tekanan pada mesin berkompresi tinggi, sehingga dapat bekerja dengan optimal pada gerakan piston. Hasilnya, tenaga mesin yang menggunakan Pertamax lebih maksimal, karena BBM digunakan secara optimal

tapi gw pake Pertamax kalau lagi baik hati sama si Bluebee *mio biru gw* atau kalau lagi dirumah, secara yang ngeluarin uang kan mama tanpa perlu gw pusing ngatur pengeluaran untuk sebulan hhohho.

Kadang melihat masalah ini muncul pemikiran Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil minyak tapi kenapa, why, kunaon ceuk sundana mah, Pertamax begitu mahal dan Premium harus disubsidi ? tanya kenapa ?. Kalau kita mampu mengeksplorasi, eksploitasi -dan yah sambil mimpi tetap ramah lingkungan- minyak yang ada dibumi pertiwi ini atau istilahnya menjadi tuan rumah dirumah sendiri, kita bisa menjadi negara kaya dan mungkin pajak bisa dihapuskan karena berdasarkan dasar-dasar pemungutan pajak, pajak diambil saat negara membutuhkan pemasukan dana dan kalau kita -gg usah kaya deh- minimal berkecukupan dari minyak dan hasil tambang lainnya, pajak tak perlu lagi dipungut, kasian deh para mafia pajak kehilangan pundi-pundi emasnya hhohho itu sebuah mimpi besar. Eh tapi BBM kan SDA terbatas yang sulit diperbaharui, jadi mungkin kedepannya kita mampu berinovasi membuat bahan bakar ramah lingkungan tanpa bergantung pada BBM seperti di salah satu episode Shaun the Sheep dimana seekor atau seorang atau sebuah alien menggunakan kotoran kambing sebagai bahan bakar pesawat UFOnya *ngayal hhehhe*

well, balik lagi ke masalah spanduk, secara normatif *hhohho asal pake istilah nih* spanduk tersebut emang ngasih dampak perasaan gg enak khususnya buat gw, karena gw gg mau disebut gg mampu, bukannya sombong tapi sekali lagi karena ucapan adalah doa, tapi ya tetep kalau isi bensin sambil pura-pura bersenandung sok asik padahal mah berusaha gg ngeliat itu spanduk karena ngisinya tetep Premium deh.

xxxChuu original by ra~ccon.